Waduk Cengklik terletak di desa Ngargorejo dan Sobokerto, kecamatan Ngemplak, kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Nama Cengklik diambil dari dukuh pertama yang dimulai menjadi waduk yaitu Dukuh Cengklik.
Lokasi Waduk Cengklik Boyolali berada di
sebelah barat Bandara Udara Adi Sumarmo Solo. Rute menuju waduk ini
dari kota Solo ikuti Jalan Adi Sumarmo Solo hingga tiba di perempatan
lampu merah Colomadu. Dari perempatan Colomadu pilih jalan ke kanan
menuju ke arah Bandara Adi Sumarmo. Setelah melewati perbatasan
kabupaten dan jembatan ada sebuah perempatan lampu merah. Pada
perempatan tersebut ambil jalan ke arah kiri dan susuri jalan tersebut
hingga tiba di tepi tanggul Waduk Cengklik. Posisi tanggul tersebut
berada di sebelah kanan jalan dan ditandai dengan akses jalan rusak
menuju tempat tersebut. Rute lain menuju tempat ini melalui jalur
Kartasura – Terminal Bus Kartasura – Colomadu – Waduk Cengklik.
Ada 3 (tiga) akses masuk menuju Waduk
Cengklik yaitu dari barat, tenggara, dan selatan. Akses dari selatan dan
tenggara tidak dikenakan tarif masuk yang tetap bahkan kadang tidak
dijaga. Namun bila pengunjung melewati akses barat dikenakan retribusi
masuk pada gerbang masuk kawasan waduk. Keberadaannya terkesan pungli
(pungutan liar) karena petugas yang menarik retribusi tidak mengenakan
seragam resmi. Kondisi taman yang dibangun sebagai gerbang masuk waduk
terlihat kurang terawat dan rusak. Selain itu belum tersedia fasilitas
kamar mandi umum disekitar area parkir wisata waduk ini. Pemerintah
daerah setempat sepertinya kurang memperhatikan obyek wisata yang ada di
daerahnya. Pengunjung yang akan menuju tepi waduk dipersilakan menaiki
tangga naik pada dinding tanggul waduk.
Waduk Cengklik dibangun pada kisaran
tahun 1926-1928 oleh Pura Mangkunegaran dan Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada tahun 1970 waduk ini masih mampu menampung air sebanyak 17,5 juta
meter kubik namun tahun 1998 kapasitas air menurun menjadi 12,5 juta
meter kubik. Diperkirakan saat ini waduk hanya mampu menampung sekitar 9
juta meter kubik. Turunan daya tampung waduk akibat tingginya proses
pendangkalan.
Kondisi Waduk Cengklik hampir sama
dengan waduk-waduk yang terdapat di Indonesia. Dinding waduk yang
menahan tekanan air tersusun dari batuan-batuan keras dan kuat. Kondisi
dinding penahan waduk tampak kurang terawat sehingga beberapa tahun yang
lalu tersebar isu waduk akan jebol karena kondisi waduk sudah tua dan
tidak mampu menahan genangan air. Namun isu tersebut tidak terbukti
sampai sekarang.
Aktivitas yang banyak terlihat di
sekitar area Waduk Cengklik Boyolali adalah aktivitas para pemancing,
para penebar jala, dan petani keramba ikan. Menjelang sore hari mulai
berdatangan para pemancing yang datang dari daerah setempat hingga luar
daerah untuk mencari ikan hingga keesokan harinya. Selain itu banyak
juga masyarakat sekitar yang datang ke tempat ini sekedar jalan-jalan
sore hingga memadu kasih di sudut waduk. Sepertinya waduk ini masuk
menjadi pilihan favorit untuk bersantai dan melepas penat.
Masalah klasik, pendangkalan waduk dan
suburnya tanaman enceng gondog membuat kapasitas tampung air waduk
Cengklik semakin berkurang. Pendangkalan disebabkan karena terangkutnya
lapisan tanah pada aliran sungai yang mengarah ke waduk ini. Selain itu
kondisi gundulnya area di sekitar waduk memperparah pendangkalan atau
sedimentasi waduk. Namun dibalik pesatnya pertumbuhan enceng gondog,
masih banyak orang yang melakukan kegiatan memancing di tepian waduk.
Selain itu dibeberapa sudut area waduk, masih digunakan warga sekitar
untuk memelihara ikan di karamba apung yang tersebar jumlahnya yang
cukup banyak. Pengunjung atau warga yang menuju ke tengah waduk dihimbau
untuk berhati-hati karena di waduk ini sering terjadi kasus kecelakaan
tenggelam di waduk. Beberapa orang menafsirkan lain mengenai kasus
kecelakaan ini berkaitan dengan mitos penunggu waduk yang meminta tumbal
atau korban.
Waduk Cengklik Boyolali mulai terkenal
sebagai lokasi berburu foto sejak ada foto yang cukup indah ter-upload
di media sosial. Foto tersebut diambil saat waktu senja yang cerah dan
terlihat dengan jelas dua gunung yang berdampingan yaitu Gunung Merapi
dan Gunung Merbabu. Kondisi langit saat itu berwarna kemerahan dengan
sedikit gumpalan awan dan muncul fenomena ray off the light (ROL).
Keindahan tersebut membuat para fotografer tertarik untuk mengabadikan
senja di kawasan waduk ini. Pada akhir pekan biasanya tampak serombongan
fotografer datang ke tempat ini khusus untuk mengabadikan momen
matahari terbenam atau sunset. (text/foto: annosmile)
Sumber : https://teamtouring.net/waduk-cengklik-boyolali.html