Sabtu, 18 November 2017

Waduk Cengklik Boyolali, Eksotisme Tersembunyi Dibalik Waduk Peninggalan Belanda

Waduk Cengklik merupakan waduk atau danau buatan yang letaknya berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo Solo. Waduk ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda untuk pengairan lahan pertanian dan masih berfungsi hingga saat ini. Kondisi waduk ini kurang terawat dan mengalami pendangkalan waduk yang cukup parah. Saat ini Waduk Cengklik lebih dikenal sebagai lokasi berburu matahari terbenam (sunset) bagi kalangan fotografer pemburu foto alam.
Waduk Cengklik terletak di desa Ngargorejo dan Sobokerto, kecamatan Ngemplak, kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Nama Cengklik diambil dari dukuh pertama yang dimulai menjadi waduk yaitu Dukuh Cengklik.
Rakit Bambu Di Tepi Waduk Cengklik Boyolali
Lokasi Waduk Cengklik Boyolali berada di sebelah barat Bandara Udara Adi Sumarmo Solo. Rute menuju waduk ini dari kota Solo ikuti Jalan Adi Sumarmo Solo hingga tiba di perempatan lampu merah Colomadu. Dari perempatan Colomadu pilih jalan ke kanan menuju ke arah Bandara Adi Sumarmo. Setelah melewati perbatasan kabupaten dan jembatan ada sebuah perempatan lampu merah. Pada perempatan tersebut ambil jalan ke arah kiri dan susuri jalan tersebut hingga tiba di tepi tanggul Waduk Cengklik. Posisi tanggul tersebut berada di sebelah kanan jalan dan ditandai dengan akses jalan rusak menuju tempat tersebut. Rute lain menuju tempat ini melalui jalur Kartasura – Terminal Bus Kartasura – Colomadu – Waduk Cengklik.
Ada 3 (tiga) akses masuk menuju Waduk Cengklik yaitu dari barat, tenggara, dan selatan. Akses dari selatan dan tenggara tidak dikenakan tarif masuk yang tetap bahkan kadang tidak dijaga. Namun bila pengunjung melewati akses barat dikenakan retribusi masuk pada gerbang masuk kawasan waduk. Keberadaannya terkesan pungli (pungutan liar) karena petugas yang menarik retribusi tidak mengenakan seragam resmi. Kondisi taman yang dibangun sebagai gerbang masuk waduk terlihat kurang terawat dan rusak. Selain itu belum tersedia fasilitas kamar mandi umum disekitar area parkir wisata waduk ini. Pemerintah daerah setempat sepertinya kurang memperhatikan obyek wisata yang ada di daerahnya. Pengunjung yang akan menuju tepi waduk dipersilakan menaiki tangga naik pada dinding tanggul waduk.
Waduk Cengklik dibangun pada kisaran tahun 1926-1928 oleh Pura Mangkunegaran dan Pemerintah Kolonial Belanda. Pada tahun 1970 waduk ini masih mampu menampung air sebanyak 17,5 juta meter kubik namun tahun 1998 kapasitas air menurun menjadi 12,5 juta meter kubik. Diperkirakan saat ini waduk hanya mampu menampung sekitar 9 juta meter kubik. Turunan daya tampung waduk akibat tingginya proses pendangkalan.
Instalasi Pengairan Di Waduk Cengklik Boyolali
Kondisi Waduk Cengklik hampir sama dengan waduk-waduk yang terdapat di Indonesia. Dinding waduk yang menahan tekanan air tersusun dari batuan-batuan keras dan kuat. Kondisi dinding penahan waduk tampak kurang terawat sehingga beberapa tahun yang lalu tersebar isu waduk akan jebol karena kondisi waduk sudah tua dan tidak mampu menahan genangan air. Namun isu tersebut tidak terbukti sampai sekarang.
Aktivitas yang banyak terlihat di sekitar area Waduk Cengklik Boyolali adalah aktivitas para pemancing, para penebar jala, dan petani keramba ikan. Menjelang sore hari mulai berdatangan para pemancing yang datang dari daerah setempat hingga luar daerah untuk mencari ikan hingga keesokan harinya. Selain itu banyak juga masyarakat sekitar yang datang ke tempat ini sekedar jalan-jalan sore hingga memadu kasih di sudut waduk. Sepertinya waduk ini masuk menjadi pilihan favorit untuk bersantai dan melepas penat.
Tanggul Waduk Cengklik Boyolali
Masalah klasik, pendangkalan waduk dan suburnya tanaman enceng gondog membuat kapasitas tampung air waduk Cengklik semakin berkurang. Pendangkalan disebabkan karena terangkutnya lapisan tanah pada aliran sungai yang mengarah ke waduk ini. Selain itu kondisi gundulnya area di sekitar waduk memperparah pendangkalan atau sedimentasi waduk. Namun dibalik pesatnya pertumbuhan enceng gondog, masih banyak orang yang melakukan kegiatan memancing di tepian waduk. Selain itu dibeberapa sudut area waduk, masih digunakan warga sekitar untuk memelihara ikan di karamba apung yang tersebar jumlahnya yang cukup banyak. Pengunjung atau warga yang menuju ke tengah waduk dihimbau untuk berhati-hati karena di waduk ini sering terjadi kasus kecelakaan tenggelam di waduk. Beberapa orang menafsirkan lain mengenai kasus kecelakaan ini berkaitan dengan mitos penunggu waduk yang meminta tumbal atau korban.
Pulau Kecil Di Tengah Waduk Cengklik Boyolali
Waduk Cengklik Boyolali mulai terkenal sebagai lokasi berburu foto sejak ada foto yang cukup indah ter-upload di media sosial. Foto tersebut diambil saat waktu senja yang cerah dan terlihat dengan jelas dua gunung yang berdampingan yaitu Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Kondisi langit saat itu berwarna kemerahan dengan sedikit gumpalan awan dan muncul fenomena ray off the light (ROL). Keindahan tersebut membuat para fotografer tertarik untuk mengabadikan senja di kawasan waduk ini. Pada akhir pekan biasanya tampak serombongan fotografer datang ke tempat ini khusus untuk mengabadikan momen matahari terbenam atau sunset. (text/foto: annosmile)

Sumber : https://teamtouring.net/waduk-cengklik-boyolali.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waduk Cengklik Boyolali, Eksotisme Tersembunyi Dibalik Waduk Peninggalan Belanda

Waduk Cengklik merupakan waduk atau danau buatan yang letaknya berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo Solo. Waduk ini dibangun pada zaman ...